POJOKMALIOBORO.com - Perwakilan Bank Dunia berkunjung ke lokasi hasil kegiatan penataan permukiman kawasan kumuh bantaran Sungai Gajah Wong di wilayah Muja Muju, Kota Yogyakarta. Penataan program Kota Tanpa Kumuh (Kotaku) itu berdampak pada kualitas permukiman yang meningkat dan lingkungan bersih.
Direktur Eksekutif Bank Dunia, Mohd Hassan Ahmad mengatakan, kedatangannya bersama rombongan ke Kota Yogyakarta untuk melihat langsung hasil penataan program peningkatan kualitas permukiman Kotaku.
Pihaknya mengapresiasi hasil penataan program peningkatan kualitas permukiman di kawasan kumuh bantaran Sungai Gajah Wong, karena hasilnya cukup bagus dibandingkan sebelumnya.
Baca Juga: Seruan Rektor di Yogyakarta Terkait Pelaksanaan Pemilu, SKI DIY Menyambut Positif
"Setibanya saya agak terkejut melihat perubahan yang agak kentara sebelum dan sesudah. Saya berharap masyarakat di sini terus menjaga kebersihan," kata Hassan saat meninjau lokasi hasil penataan program Kotaku di bantaran Sungai Gajah Wong di Muja Muju, Kota Yogyakarta, Senin (19/9/2022).
Dia mengaku terkesan dengan masyarakat dalam menjalankan program penataan kawasan kumuh tersebut. Pihaknya juga berterima kasih kepada Pemkot Yogyakarta yang turut mendukung program penataan itu.
Hassan menyampaikan, program Kotaku berdampak untuk meningkatkan akses terhadap pembangunan dan kualitas hidup sehingga diharapkan bisa mengurangi kemiskinan.
Baca Juga: Ini Kata Ahli dalam Sidang lanjutan Perkara Penggelapan Tas Mewah
Penataan kawasan kumuh di bantaran Sungai Gajah Wong dilakukan bertahap sejak tahun 2017. Pada segmen 1 Sungai Gajah Wong yang menjadi lokasi kunjungan Bank Dunia, awalnya memiliki luas kawasan kumuh sekitar 38,13 hektare. Setelah ada penataan, luas kawasan kumuh berkurang menjadi 9,46 hektare.
Penataan kawasan kumuh di antaranya berupa pembangunan jalan lingkungan, drainase, pengelolaan limbah dan ruang terbuka publik.
Penataan segmen 1 Sungai Gajah Wong itu menggunakan dana total mencapai sekitar Rp 28 miliar. Dari dana itu sekitar Rp 15,6 miliar di antaranya dari Bank Dunia. Selain itu dari sumber dana lain dan swadaya masyarakat.
Sementara itu Penjabat Walikota Yogyakarta, Sumadi menyatakan dalam penanganan kawasan kumuh di Yogyakarta menggunakan prinsip utama yaitu sustainable development goals (SDGs) atau tujuan pembangunan berkelanjutan yakni universal, integral dan inklusif. Di samping itu ada modal sosial kekompakan dan jiwa gotong royong, serta kolaborasi gerakan Gandeng Gendong.
Baca Juga: Kepedulian Sesama kepada Penyintas Kanker di RSPA Buah Hati
"Pola penanganan kumuh yang dilakukan dengan konsep M3K. mundur, munggah (naik) dan menghadap ke sungai. Menata permukiman dengan memangkas sebagian rumah-rumah yang ada di bantaran sungai. Mundur dalam rangka penyediaan jalan inspeksi sekaligus untuk ruang terbuka publik, akses mitigasi dan peletakan infrastruktur dasar permukiman serta menaikan menjadi dua lantai dan menghadapkan bangungan ke sungai," jelas Sumadi.
Berdasarkan data tahun 2021, total luas kawasan kumuh di Kota Yogyakarta mencapai sekitar 114,7 hektare. Sampai tahun 2021 dari penataan sudah berhasil mengurangi kawasan kumuh seluas 20,54 hektare, sehingga masih tersisa sekitar 94,18 hektare.
Penanganan kawasan kumuh juga dilakukan dengan kolaborasi Pemkot Yogyakarta, Pemda DIY dan pemerintah pusat sesuai kewenangan wilayah yang ditetapkan.
Artikel Terkait
Azana Hotels & Resorts Siap Kelola Malioboro Park View Apartment
Penyaluran BLT BBM ke Masyarakat Harus Diawasi
HDCI Bersama Korem 072 Pamungkas Bagikan Voucher BBM kepada Pengemudi Ojol
Birukan Langit Indonesia: 4.000 Peserta Senam Sehat PUAN Sleman
Peringati Harhubnas, Dishub Kota Yogyakarta Gelar Jamasan Rambu