POJOKMALIOBORO.com - Tiga negara yang dikenal sebagai pemilik hutan tropis terbesar di dunia, yaitu Indonesia, Brazil dan Republik Demokratik Kongo telah menggelar pertemuan trilateral guna menjalin kerja sama strategis dan sinergis.
Kerjasama tersebut mencakup sejumlah hal, baik dalam pengelolaan hutan maupun pengalaman lainnya yang berhasil dijalankan tiga negara ini dalam upaya pengendalian perubahan iklim.
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Alue Dohong yang memimpin pertemuan trilateral ini di arena COP-26 UNFCCC, Glasgow, Skotlandia, Jumat 11 November 2021.
Baca Juga: Sinopsis dan Pemeran Drama Korea Terbaru Melancholia, Ada Si Ganteng Lee Do Hyun
“Pertemuan telah di gelar di Sekretariat Delegasi Republik Indonesia di arena COP 26 UNFCCC di Glasgow, Skotlandia, awal pekan ini. Banyak potensi kolaborasi yang bisa dilakukan Indonesia, Brazil, dan Kongo,” ujar Wamen Alue Dohong.
Wamen Alue Dohong menjelaskan lebih lanjut, dalam pertemuan trilateral tersebut Indonesia mengemukakan gagasan dan pandangan tentang pentingnya kerja sama ini dan juga mengidentifikasi kira-kira area kerjasama apa saja yang dapat dilakukan oleh ketiga negara secara bersama-sama (trilateral) maupun secara bilateral.
Menteri Lingkungan Brazil dan Republik Demokratik Kongo juga menyampaikan pandangan serta gagasan mereka mengenai kerja sama ini.
Baca Juga: Penetapan Upah Minimum Provinsi DIY Bakal Ditetapkan Pekan Depan, Siap-siap...
Ketiga negara mempunyai pandangan yang sama tentang pentingnya kerja sama dalam kerangka memperkuat pengaruh tiga negara pemilik hutan tropis terbesar di dunia ini dalam negosiasi iklim di COP 26 UNFCCC.
"Kemudian kita sepakati perlunya melakukan inisitif kolaboratif melalui pembentukan kelompok-kelompok kerja atau Working Groups yang solid berdasarkan kesamaan kepentingan dan prinsip saling mengisi kebutuhan atau filling the gap," terang Wamen Alue Dohong.
Diharapkan melalui kerjasama ini semakin memperkuat posisi 3 negara di arena negosiasi pengendalian iklim global seperti di COP 26 UNFCCC, sehingga dapat bersama-sama memperjuangkan solusi yang paling efektif dan tepat termasuk upaya-upaya untuk mendorong peningkatan pendanaan yang berbasis hasil atau Result-based Payment untuk pengurangan emisi dari pengurangan deforestasi dan degradasi hutan plus (REDD+) serta kedua, mekanisme pembayaran atas jasa ekosistem atau Payment for Ecosystem Services (PES).
Baca Juga: Satgas Ingatkan RI Belum Pernah Lewati Libur Panjang Tanpa Lonjakan Kasus
Wamen Alue Dohong juga menerangkan bahwa dalam pertemuan ini terdapat beberapa potensi kerja sama dari tiga negara tersebut.
Indonesia menawarkan sharing pengalaman dan keahlian kepada Republik Demokratik Kongo dan Brazil terkait pengurangan deforestasi, pengendalian dan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta dalam hal pengelolaan hutan sosial untuk masyarakat.
Brazil yang memiliki pengalaman luas dalam pelaksanaan pembayaran jasa ekosistem (PES), pengelolaan dana iklim lewat lembaga Amazon Fund, juga kerjasama kegiatan pengelolaan praktik pertanian dan peternakan yang rendah emisi, pengelolaan sampah dan sanitasi.
Artikel Terkait
Agen Perubahan KLHK, Pelopor Reformasi Birokrasi
Setditjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan KLHK Meraih Sertifikat ISO 9001:2015
KLHK Menyusun Rencana Aksi Pengelolaan Kawasan Terdampak Limbah B3 di Kabupaten Tegal
Evaluasi Tata Ruang, Dedi Mulyadi Minta KLHK Koordinasi dengan Kementerian ATR
Kendalikan Karhutla, Komisi IV Dorong KLHK Libatkan Masyarakat