POJOKMALIOBORO.com - Campak akan sangat berbahaya jika terjadi komplikasi, bahkan dampaknya bisa menyebabkan diare berat hingga kematian. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dr. Prima Yosephine, MKM mengatakan, yang dikhawatirkan dari campak adalah komplikasi.
"Komplikasi campak ini umumnya berat, kalau campak mengenai anak yang gizinya jelek maka anak ini bisa langsung disertai komplikasi seperti diare berat, pneumonia, radang paru, radang otak, infeksi di selaput matanya sampai menimbulkan kebutaan. Ini yang kita khawatirkan," ujar dr. Prima Yosephine pada konferensi pers perkembangan kasus campak, dilansir dari Laman Kemenkes, Rabu 25 Januari 2023.
Diungkapkan dr. Prima, secara umum gejala campak dapat berupa demam, batuk pilek, mata berair, lalu disertai timbulnya bintik-bintik kemerahan di kulit. Biasanya muncul 2 sampai 4 hari setelah dari gejala awal.
Baca Juga: Tekan Angka Stunting, Wabup Sleman Dorong TPPS Lakukan Ini
"Campak ini disebabkan oleh virus campak dan penularannya melalui droplet, percikan ludah saat batuk, bersin, bicara, atau bisa melalui cairan hidung. Dan campak ini salah satu penyakit yang sangat menular," terangnya.
Pencegahan campak hanya bisa diperoleh dari imunisasi sehingga imunisasi sesuai jadwalnya harus dilakukan supaya anak-anak terhindar dari campak. Keadaan di Indonesia 2 tahun terakhir atau hampir 3 tahun sejak terdampak dari pandemi Covid-19 membuat implikasi yang tidak baik terhadap cakupan imunisasi.
"Cakupan imunisasi terlihat turun secara signifikan karena pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak anak tidak diimunisasi. Indonesia sepanjang Tahun 2022 sudah ada 12 provinsi yang mengeluarkan pernyataan kejadian luar biasa (KLB)," tutur dr. Prima.
Baca Juga: Persiapan Menuju ATF 2023 di DIY Sudah Capai 95 Persen
Ditambahkan dr. Prima, suatu daerah disebut KLB kalau ada minimal 2 kasus campak di daerah tersebut yang sudah confirm secara laboratorium dan kasus ini memiliki hubungan epidemiologi.
"Selama tahun 2022 yang lalu jumlah kasus campak yang ada di negara kita memang cukup banyak lebih dari 3.341 laporan kasus. Kasus-kasus ini menyebar di 223 kabupaten/kota di 31 provinsi," ucap dr. Prima.
Jumlah kasus ini didapat selama kurun waktu 1 tahun dari Januari sampai Desember 2022. Jika dibandingkan dengan tahun 2021 ada peningkatan yang cukup signifikan kurang lebih 32 kali lipat.
Baca Juga: Warga Grudug DPRD DIY Tolak Penutupan Perlintasan Kereta di Depan Bandara Adisutjipto
Penyebabnya karena sudah 2 tahun berturut-turut Indonesia tidak bisa mencapai target untuk pelayanan imunisasi rutin. Sehingga banyak anak-anak yang tidak diimunisasi rutin akibat Covid-19.
Pemerintah melakukan penguatan surveilans Campak dan Rubella. Jadi kasus yang diduga Campak Rubella, yaitu pasien yang mengalami demam dan ruam-ruam, harus diambil spesimennya dan diperiksa di laboratorium.
Jadi penguatan surveilans dilakukan dengan segera menemukan kasus suspek campak rubella dan segera melaporkan supaya pasien dapat penanganan segera dan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Artikel Terkait
Cara Melakukan Pengkinian Data Nakes secara Mandiri Lewat Web
Sekda Kota Yogyakarta: Pentingnya Pemetaan Layanan Kesehatan Unggulan
Tasyakuran Milad 1 Abad RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Gelar Khitanan Massal
Tekan Penyebaran Virus Lumpy Skin Disease, Pemkab Sleman Luncurkan Vaksinasi LSD bagi Hewan Ternak
Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman KLB Campak