POJOKMALIOBORO.com - Divisi Pengurangan Resiko Bencana dan Kesiapsiagaan (PRBK) kembali melaksanakan webinar dengan tema Ancaman Gempa Bumi, Potensi Dampak dan Mitigasinya, Sabtu 10 Desember 2022.
Webinar ini menghadirkan para pembicara yaitu Daryono selaku Kepala Bidang Mitigasi Gempa dan Tsunami BMKG, Amin Widodo dari ITS Surabaya, Sri Atmaja P Rosyidi dan Iin Inayah dari Divisi PRBK MDMC PP Muhammadiyah.
Ketua MDMC PP Muhammadiyah, Budi Setiawan dalam sambutannya mengatakan, kaitannya dengan bencana, perlu bagi kita untuk mengenal potensi ancaman di sekitar kita.
"Masyarakat sangat perlu mengenal ancaman yang ada di sekitarnya dan tidak hanya berhenti mengenal ancaman, kemudian ada upaya bagaimana melakukan mitigasi menghadapi ancaman tersebut," katanya.
Amin Widodo, pembicara pertama dalam paparannya mengatakan kerugian yang ditimbulkan akibat bencana itu sangat besar.
"Dari 10 tahun terakhir itu, kerugiannya 22,8 triliun per tahun. Itu sangat banyak sekali," ungkapnya.
Baca Juga: Jalani Akad Nikah Hari Ini, Kaesang-Erina Sah Jadi Suami Istri
Indonesia, menurutnya menjadi 1 dari 35 negara di dunia dengan ancaman bencana paling tinggi di dunia.
Terkait bencana, takdir Indonesia menurut Amin Widodo adalah Indonesia bagian dari Cincin Pasific, terletak pada pertemuan 3 lempeng aktif, serta berada di kawasan tropis dan 2 samudera besar.
"Keempat, jumlah penduduk yang besar dan tidak disiapkan. Ini problemnya sebetulnya. Masyarakat hanya tahu tentang kutukan, karma, takdir dan azab. Setiap ada bencana selalu yang diomongkan hanya itu," tuturnya.
Baca Juga: Ini Doa dan Harapan Sejumlah Tamu Jelang Akad Nikah Kaesang-Erina
Sedangkan Daryono mengungkapkan, Indonesia sangat rawan gempa bumi dan tsunami. Sumber gempa di Indonesia ada 2, yaitu sumber gempa megathrust dan gempa sesar atau patahan aktif.
"Kita saat ini di Indonesia punya 13 segmen megathrust, mampu membangkitkan gempa-gempa besar, karena besarnya di laut ada ikutannya, tsunami," ungkapnya.
Untuk sumber gempa sesar atau patahan aktif, jumlahnya mencapai 295. "Kalau sesar itu biasanya dangkal, seperti di Cianjur itu sesar," ujar Daryono.
Artikel Terkait
Intensitas Curah Hujan Tinggi, Warga Kota Yogyakarta Diminta Waspada Pohon Tumbang
PEMSEA-PNLG 2022: Menteri LHK Dorong Pertumbuhan dan Kelestarian Lingkungan Ekonomi Biru
Gempa Cianjur, Muhammadiyah Gerakkan Tim Medis dari Bandung dan Jakarta
Upaya Pengendalian Risiko Banjir dengan Alat Telemetri Canggih
Layanan Komprehensif Muhammadiyah Diakui Mengangkat Martabat Penyintas Gempa Bumi Cianjur