Menurutnya jika terjadi sesuatu kedepan, tidak menutup kemungkinan AS bisa dengan mudah mengancam Indonesia dengan pembekuan, sebagaimana yang dilakukan AS kepada Rusia.
"Kita tarik aset dari sana, kita rubah mau ke Yen kan, Rubel kah, terserah tapi tidak lagi ke US dollar," ujarnya.
Baca Juga: Kemenag DIY Siap Roadshow Pengelolaan Moderasi Beragama di SMA-SMK Percontohan DIY
Connie mengatakan, jika Rusia tidak belajar banyak dari Soekarno, Rusia kemungkinan sudah luluh lantak, karena dikeroyok oleh banyak negara.
Rusia, katanya, mandiri dalam sejumlah aspek, termasuk pangan, energi, ekonomi, politik hingga sumber daya alam maupun manusia sehingga bisa bertahan di tengah desakan sanksi barat.
"Sebab dia berdikari di dalam aspek-aspek strategis, airspacenya kuat, kemampuan teknologi informasinya kuat," kata Connie.
Baca Juga: Womens Inspiration Talkshow & Fashion Show Jogja Halal Fest 2022
Menarik aset Indonesia dari AS supaya kembali ke Indonesia penting saat ini. Connie mengatakan saat ini dunia tidak seimbang, pasalnya dari total kekayaan yang ada di dunia sebagian besar dikuasai negara barat. "Kita harus mandiri," ujarnya.
Perang Masih Jadi Solusi
Sementara itu, Peneliti Senior Pusat Strategis, Badan Riset Dan Inovasi Nasional (BRIN) Nanto Sriyanto mengatakan, era sekarang masih saja perang senjata sebagai solusi mengatasi konflik, termasuk dalam Perang Rusia-Ukraina.
Artikel Terkait
Jadi Agenda Politik, Partai Gelora Dorong Pemerintah Gratiskan Pendidikan di Perguruan Tinggi di Indonesia
Partai Gelora Optimis Timnas Indonesia Makin Berprestasi Pasca Tragedi Kanjuruhan, Tapi?
Partai Gelora jadi Parpol Pertama yang Diverifikasi Faktual oleh KPU RI
Partai Gelora Usulkan Tiga Langkah 'Move On' agar Indonesia Terhindar Tsunami Resesi 2023
Partai Gelora Berharap Kebijakan Second Home Visa Disosialisasikan Terlebih Dahulu