JAKARTA, pojokmalioboro.com - Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid mengungkapkan bahwa sebagai negara besar yang terdiri dari beragam suku, budaya, agama, ras, warna kulit, Indonesia sudah pasti memiliki berbagai tantangan berat dalam sejarah perjalanannya hingga saat ini. Salah satunya ancaman menipisnya nilai toleransi antar sesama anak bangsa.
Minimnya bahkan hilangnya toleransi berganti dengan intoleransi, akan sangat berbahaya buat keberlangsungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sebab, intoleransi membuat setiap rakyat menjadi individualistik, sehingga akan mempersulit bangsa ini menghadapi berbagai permasalahan internal dan eksternal seperti bencana pandemi Covid-19.
“Untuk itulah, prinsip dan perilaku toleransi mesti disemai kembali, terutama kepada anak-anak sejak usia dini, melalui lembaga-lembaga pendidikan,” katanya dilansir mpr.go.id.
Baca Juga: Produksi Nasional Kalah Saing, Komisi VII Soroti Impor Bahan Baku
Hal tersebut disampaikan Pimpinan MPR dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, menjawab kekhawatiran sebagian masyarakat tentang makin menipisnya toleransi, saat hadir menjadi narasumber secara virtual acara ‘Sosialisasi Empat Pilar MPR RI’ Kerjasama MPR RI dengan Yayasan Al-Barakah Abepura.
Acara yang dilaksanakan di Kota Jayapura, Papua, Sabtu (11/9/2021) ini dihadiri anggota MPR Fraksi PKS Ahmad Syaikhu, Ketua Yayasan Al-Barakah, dan para guru serta tenaga pendidik sebagai peserta.
Lembaga-lembaga pendidikan, lanjut Hidayat, menjadi sangat dibutuhkan untuk penguatan nilai toleransi sebab, di sanalah generasi muda akan belajar sejarah betapa prinsip dan praktek toleransi yang luarbiasa telah ditunjukkan para Bapak dan Ibu bangsa Indonesia.
Baca Juga: Fadli Zon inginkan SDGs Terwujud Hingga Tingkat Desa
Dengan perbedaan suku, agama, ras, pandangan politik, pendidikan dan latar belakang profesi, mereka bisa menyatu sehingga Indonesia mampu meraih kemerdekaannya. “Toleransi jugalah yang menyebabkan terbentuknya NKRI dan Pancasila,” tambahnya.
Melihat pentingnya langkah penguatan tersebut, Hidayat melihat, perlu ada satu upaya lagi untuk memaksimalkan teori dan prinsip seputar toleransi, yakni keteladanan. Untuk itu, Hidayat mengajak seluruh elemen bangsa terutama orang tua, lembaga-lembaga pendidikan, para tenaga pendidik, pemerintah untuk mendukung secara serius upaya itu, dengan memberikan contoh nyata implementasi toleransi dalam kehidupan sehari-hari.
“Intinya, mari kita semua sama-sama menjadi teladan bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain. Tanpa keteladanan maka upaya memperkuat nilai toleransi akan sia-sia,” pungkasnya. *
Artikel Terkait
UU P2 APBN 2020 Disahkan, Menkeu: Bentuk Akuntabilitas Pengelolaan APBN
Pemerintah Tak Perlu Paranoid, Mural Itu Karya Seni
Gelar ‘Fit and Proper Test’ Calon Anggota BPK, Komisi XI Soroti Permasalahan WTP
Transparansi dan Akuntabilitas Jadi Kunci Wujudkan Efektifitas dan Efisiensi Keserentakan Pemilu
KPU Diminta Siapkan 2 Strategi Pelaksanaan Pemilu 2024