JAKARTA, pojokmalioboro.com - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Mahfuz Sidik mengatakan, kultur Ummat Islam Indonesia adalah berada di tengah-tengah atau moderat.
Namun akibat pemahaman yang tidak utuh selama ini, kerap dijadikan sebagai agenda politik, sehingga seringkali memicu ekstrimisme pemikiran dan sikap beragama yang salah.
"Kultur dasar muslim di Indonesia itu ummat tengahan (ummatan washatan). Tapi pemahaman yang tidak utuh dan agenda politik, yang seringkali memicu ekstremisme pemikiran dan sikap beragama," kata Mahfuz Sidik dalam keterangannya, Minggu (17/10/2021).
Baca Juga: Jadwal Final Piala Thomas Malam Ini, Indonesia Vs China
Menurut Mahfuz, menjadi orang Indonesia itu takdir. Sementara menjadi Muslim, Nasrani, Hindu, dan Budha adalah pilihan. Perbedaan pilihan keyakinan agama bertemu dalam kesamaan takdir, yaitu orang Indonesia.
Maka agenda politik keumatan, seharusnya justru untuk memperkuat takdir bersama Indonesia. Bukan malah sebaliknya, memecah-belah Indonesia.
"Budaya ummat tengahan akan kuat jika pemahaman terhadap ajaran Islam terus dibangun dan politisi tidak menjadikan sentimen agama sebagai alat dan agenda politik," katanya.
Baca Juga: BOE PKS Kota Yogyakarta: Pasar Kita Semua
Sentimen keagamaan tentu saja dapat mengganggu konsep ummatan wasathan, serta memunculkan potensi terjadinya kembali pembelahan politik dan masyarakat yang luar biasa seperti pada Pemilu 2019 yang lalu.
"Konsep ummatan wasathan merupakan konsep masyarakat harmonis, moderat, dan berdiri di tengah sehingga dapat diterima oleh semua pihak," katanya
Menurut dia, apabila pembelahan politik terjadi lagi pada Pemilu 2024, maka konsep ummatan wasathan akan kembali porak poranda, karena beda pilihan politik, akibat agama di politisasi.
Baca Juga: Cara Mencairkan BSU Rp 1 Juta Jika Tak Punya Rekening Himbara
"Ketika Pilpres 2019 lalu, pembelahan politiknya luar biasa. Bahkan, sampai ada perceraian akibat perbedaan pilihan capres. Jadi pernikahan yang merupakan wahana ibadah dalam Islam, bisa porak-poranda akibat pilihan politik. Ini akibat dari politisasi agama," ujarnya
Mahfuz menjelaskan, ada dua esensi tentang ummatan wasathan, yang pertama adalah kebaikan atau al khairiyah. Dan yang kedua adalah prinsip keadilan atau keseimbangan.
Sedikit saja bergeser dari dua nilai tersebut, sambung dia, akan menjauh dari masyarakat ummatan wasathan, bahkan bisa membuat umat Islam menjelma menjadi faktor yang destruktif.
Artikel Terkait
Anis Matta: Partai Gelora, Parpol yang Menggabungkan Gerakan Politik, Pemikiran dan Relevansi
Peringati HUT ke-2, Partai Gelora Berencana Gelar Lomba Mural Secara Nasional
Indonesia sebagai Ketua dan Tuan Rumah G20 Tahun 2022, Partai Gelora: Kesempatan Jadi Pemain Global
Partai Gelora Indonesia Angkat Tema Kolaborasi Menuju 5 Besar Dunia Dalam HUT Kedua
Jadi Inspirasi dan Teman Diskusi, Anis Matta: Gagasan Besar Partai Gelora Dilahirkan Bersama Kopi